Selasa, 24 November 2009

Cinta Yang Tak Pasti

mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti
mungkin aku tak sengaja jg mnykiti
andai aku tau isi hatimu
andai kesempatan itu datang lagi padaku
sekarang mustahil bagiku
bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
aku tau cinta ini sudah tak laku
tapi biarkan cinta ini aku miliki
biarkan cinta ni menjadi bebanku
aku tak peduli
meski menghambat jalanku
aku tau mencintaimu adalah tak pasti

Artikelnya Ani th 2009

PRIVATISASI
MENJUAL TANPA MEMIKIRKAN MASA DEPAN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan sebuah daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama 1 tahun terhitung dari 1 Januari hingga 31 Desember. Seperti anggaran rumah tangga biasa, dalam APBN terdapat juga pos-pos yang akan dilaksanakan selama 1 tahun ke depan. Secara umum ada 5 hal yang dicatat dalam APBN Indonesia. Kelima hal tersebut berupa pendapatan negara dan hibah, belanja negara, keseimbangan primer, surplus/defisit anggaran, dan pembiayaan.
Pembiayaan dalam APBN ialah penerimaan negara, tetapi negara berkewajiban untuk mengembalikannya. Ataupun bisa dikatakan sebagai pengeluaran negara yang nantinya akan diterima kembali baik itu dalam periode anggaran yang sama maupun periode anggaran yang akan datang.
APBN mempunyai dua kategori pembiayaan yaitu menjadi pembiayaan dalam negeri dan luar negeri. Pembiayaan dalam negeri mencakup perbankan dalam negeri dan non-perbankan dalam negeri. Pembiayaan non-perbankan dalam negeri meliputi privatisasi, hasil pengelolaan aset, surat berharga negara, dana investasi pemerintah dan restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Mungkin Anda masih asing mendengar istilah privatisasi dalam APBN. Berdasarkan UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, privatisasi merupakan penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. Istilah lainnya adalah swastanisasi, yaitu penjualan sebagian atau keseluruhan kepemilikan aset-aset milik negara kepada pihak swasta dalam negeri maupun luar negeri.
Lalu bagaimana dengan privatisasi yang selama ini berjalan di Indonesia? Telah banyak saham BUMN yang dijual pemerintah kepada pihak swasta. Apakah ini kebijakan yang tepat dan baik digunakan pemerintahan Indonesia khususnya dalam peningkatan penerimaan di APBN?
Sejenak kita tinjau regulasi negara kita dalam UUD tahun 1945 perihal perekonomian Indonesia. Dalam pasal 33 UUD tahun 1945 ayat 2 disebutkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang meguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Pada ayat ke 4 juga menyebutkan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan dan kesatuan ekonomi nasional.
Menanggapi peraturan yang telah dibuat pemerintah secara sadar di atas, maka privatisasi yang dilakukan selama ini jelas merupakan kebijakan yang menyimpang jauh dari UUD 1945. Negara tidak berhak menjual BUMN, karena BUMN bukan milik negara melainkan milik rakyat dan digunakan untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Kenyataannya mengapa pemerintah malah melakukan privatisasi terhadap BUMN tersebut?
Kebijakan seperti ini justru menjual harta rakyat secara halus. Gambarannya seperti ini, dalam APBN terdapat penerimaan dari sektor perpajakan. Kita tahu bahwa pajak merupakan sumber penerimaan paling besar, sumber dana itu diperoleh dari penarikan pajak oleh pemerintah kepada rakyat. Hasil dari penerimaan tersebut salah satunya digunakan untuk pembangunan nasional misalnya mendirikan sebuah BUMN. Laba dari BUMN akan masuk ke dalam penerimaan APBN, itulah yang dipergunakan pemerintah untuk memberi pelayanan seoptimal mungkin pada rakyat, digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat. Namun dengan adanya privatisasi BUMN, apakah selama ini negara telah melepas tanggungjawabnya untuk menyejahterakan rakyat? Di manakah letak demokrasi ekonomi yang selama ini ada dalam UUD kita?
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan bahwa privatisasi BUMN dilakukan tidak untuk menjual BUMN, melainkan untuk memberdayakan BUMN itu sendiri, sehingga akan menjadikan BUMN lebih transparan dan dinamis. Jikalau kita cermati sejenak, pernyataan tersebut sangat menguntungkan pihak BUMN Indonesia. Karena setiap badan usaha yang diprivatisasi akan mengalami perubahan lebih baik. Terjadi pembaharuan dari segi-segi intern
misalnya peningkatan produktivitas, maupun profesionalitas kinerja pegawai dalam suatu badan usaha. Diharapkan juga akan mengalami peningkatan laba perusahaan sekaligus menjadi upaya untuk meningkatkan penerimaan dalam APBN melalui privatisasi BUMN.
Tetapi kenyataannya bertolak belakang. Pasalnya, BUMN yang diprivatisasi merupakan BUMN yang sehat, mempunyai prospek ke depan yang baik, menghasilkan laba cukup besar, memiliki posisi yang kuat, memiliki peranan penting seperti Indosat, Indofarma, dan Telkom. Seharusnya yang menjadi objek privatisasi adalah BUMN yang benar-benar perlu diberdayakan, karena kekurangan modal maupun kinerja di dalamnya belum optimal.
Sebagai bukti keteledoran kebijakan privatisasi ialah penjualan saham PT. Indosat kepada Singapura. Tahun 2002 lalu, Indonesia menjual saham PT. Indosat sebesar 41,94% kepada Singapura melalui Singapore Technologies Telemedia (STT) Pte Ltd. Padahal di tahun 2002 tersebut Indosat baru saja membeli 25% saham Satelindo dari De Te Asia senilai US$ 350 juta. Di samping memiliki Satelindo, Indosat juga mempunyai anak perusahaan IM3, Lintasarta, dan MGTI. Bayangkan, tahun 2001 penerimaan APBN dari pajak dan deviden Indosat mencapai Rp 1,405 trilyun (www.jurnal-ekonomi.org).
Bagaimana dengan penerimaan pajak dan deviden negara dari Indosat setelah diprivatisasi? Yang jelas penerimaan negara akan sangat berkurang, karena pemerintah hanya memiliki prosentase sedikit kepemilikan saham PT. Indosat. Otomatis, laba yang diperoleh Indosat akan mengalir ke investor asing tersebut. Kepemilikan saham yang melebihi 50% menyebabkan investor memiliki dominasi kuat terhadap perusahaan. Terutama dalam hal mendapatkan deviden.
Privatisasi terhadap BUMN merupakan suatu kebijakan yang mengindikasikan ketidaksanggupan pemerintah dalam mengelola aset negara. Kita lihat, tahun 1991 pemerintah menjual 35% saham PT. Semen Gresik. Kemudian pada tahun 1994, pemerintah menjual 35% saham PT. Indosat. Tahun 1995, pemerintah menjual 35% saham PT. Tambang Timah dan 23% saham PT. Telkom. Tahun 1998 pemerintah kembali menjual 14% saham PT. Semen Gresik kepada perusahaan asing Cemex. Tahun 1999 pemerintah menjual kembali 9,62%
saham PT. Telkom, 51% saham PT. Pelindo II kepada investor Hongkong, dan 49% saham PT. Pelindo III investor Australia. Tahun 2001 19,8% saham Indofarma dan 11,9% saham PT. Telkom. Yang paling mengejutkan tahun 2002 lalu, pemerintah menjual 41,94% saham PT. Indosat (www.jurnal-ekonomi.org).
Bisa disimpulkan bahwa ketergantungan pemerintah terhadap investor tinggi meskipun privatisasi hanya dilakukan dalam bentuk pemindahtanganan sebagian pemilikan pemerintah kepada swasta (divestasi). Akibat yang dirasakan pemerintah kewalahan untuk mendapatkannya kembali karena harus membeli dengan biaya yang tinggi.
Akibat buruk dari privatisasi lainnya dapat kita lihat dari aspek ketenagakerjaan. Yaitu terjadinya pemberhentian tenaga kerja yang dirasa kurang professional. Kebijakan ini dimiliki oleh pemegang saham terkuat. Investor yang mempunyai kepemilikan saham lebih dari 50% mempunyai kewenangan kebijakan yang lebih kuat atas perusahaan dibandingkan pihak yang memiliki kurang dari 50%. Tidak hanya pada penerimaan deviden, tapi juga mengatur perusahaan tersebut. Yang jelas mereka menginginkan yang terbaik dan keuntungan yang maksimal atas perusahaan yang digenggamnya. Apabila saham dipegang oleh investor asing, secara logika posisi-posisi penting perusahaan jelas akan dipegang oleh tenaga asing pula. Imbasnya, pengangguran di Indonesia semakin berkembang pesat karena PHK dan pada akhirnya kemiskinan pun tak dapat terelakkan lagi. Akibatnya permasalahan di Indonesia menjadi semakin kompleks.
Sudah saatnya kebijakan privatisasi ini dihilangkan dari pembiayaan dalam APBN. Telah banyak kerugian yang timbul akibat privatisasi BUMN yang selama ini berjalan. Pemerintah seharusnya selektif dalam memilih kebijakan, jangan sampai merugikan negara apalagi rakyat. Pemerintah harus memilih cara lain selain privatisasi BUMN demi menyelamatkan APBN yang kerap kali defisit.
Langkah yang harus ditempuh pemerintah untuk menyelamatkan BUMN dari privatisasi adalah dengan optimalisasi penerimaan dalam APBN. Pemerintah harus mengoptimalkan penerimaan sektor perpajakan. Karena pajak merupakan
sumber penerimaan terbesar. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi tak satupun aktivitas yang kita lakukan tanpa terikat oleh pajak.
Dengan optimalisasi pajak, penerimaan negara dalam APBN akan meningkat secara signifikan. Dengan peningkatan tersebut maka defisit anggaran semakin terkurangi. Langkah selanjutnya pemerintah semestinya menunjukkan sikap tanggungjawab yaitu mengambil alih kembali BUMN yang terlanjur diprivatisasi. Pemerintah telah menjual banyak aset-aset milik rakyat tanpa sepengetahuan rakyat. Sudah selayaknya pemerintah berpikir untuk membelinya kembali.
Kinerja dalam BUMN juga dioptimalkan melalui pemberdayaan tenaga kerja guna meningkatkan profesionalitas dan kedisiplinan dalam bekerja. Seluruh jajaran dalam BUMN harus mempunyai komitmen bersama untuk meningkatkan laba BUMN. Setiap BUMN pun harus memberlakukan efisiensi tenaga kerja dengan mempekerjakan tenaga yang benar-benar profesional dibidangnya, mempunyai etos kerja tinggi dan berjiwa antikorupsi. Jajaran petinggi BUMN pun harus bersikap tegas untuk mengadakan perombakan sistem dan memberikan punishment bagi setiap jajaran dibawahnya yang melanggar kebijakan perusahaan.
Kita sebagai generasi penerus yang 10 tahun lagi akan turut andil dalam pengelolaan BUMN, sudah saatnya mempersiapkan diri mulai dari sekarang. Kita jangan sampai hanya meneruskan sistem yang tidak kondusif bagi perkembangan BUMN yang sudah membudaya sebelumnya. Pada saat kita sudah masuk dalam jajaran BUMN kita harus berani melakukan gebrakan baru untuk memperbaharui sistem yang tidak kondusif tersebut yang telah berjalan menjadi lebih efektif untuk membuahkan hasil yang optimal.
*******
DAFTAR PUSTAKA
􀂙 Adji, Wahyu et al. 2004. Ekonomi Jilid 2 SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
􀂙 www.legalitas.org
􀂙 www.kolom.pacific.net.id
􀂙 www.jurnal-ekonomi.org
􀂙 www.antara.co.id

Punya Ani yg d best....Artikel....

OPTIMALISASI PAJAK
MENUJU MASYARAKAT MADANI

Sumber pendapatan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita terdiri dari penerimaan dalam negeri dan hibah. Penerimaan dalam negeri dibagi menjadi 2, yaitu penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak. Penerimaan perpajakan masih dibagi lagi menjadi pajak dalam negeri yang meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan Pajak lainnya. Untuk pajak perdagangan internasional meliputi bea masuk dan pajak/pungutan ekspor. Nah, perlu Anda ketahui bahwa sumber penerimaan negara yang paling besar merupakan sektor pajak. Pajak menyumbang 80% dari keseluruhan pendapatan negara dalam APBN. Lalu, apa sih yang dimaksud dengan pajak itu?
Menurut Prof. SI Djajaningrat, pajak merupakan suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari pada kekayaan kepada negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan–peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, dan digunakan untuk memelihara kesejahteraan umum (Drs. Wahyu Adji Ep. dkk, 2004: 63).
Dengan demikian pajak merupakan iuran wajib yang diatur dalam undang–undang yang harus dibayarkan wajib pajak kepada negara, tidak mendapatkan imbalan jasa secara langsung dari negara, dan dipakai untuk membiayai keperluan umum bagi seluruh anggota masyarakat. Selain penerimaan perpajakan ada juga Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi penerimaan Sumber Daya Alam (SDA), bagian laba BUMN, dan PNBP lainnya.
Menyinggung masalah Sumber Daya Alam, sebenarnya Indonesia kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Negara ini bisa sangat kaya apabila kedua unsur tadi dipadukan. Caranya, sumber daya alam yang melimpah diolah oleh tenaga-tenaga ahli yang nantinya akan menghasilkan suatu barang yang mempunyai nilai jual tinggi. Ini akan berpengaruh besar bagi penerimaan
negara dalam APBN. Namun, hambatan yang paling besar kita alami adalah di sektor SDM yaitu kurangnya tenaga kerja yang berkualitas. Banyak sekali kekayaan alam kita dieksploitasi oleh negara lain yang kualitas sumber daya manusianya jauh di atas kemampuan SDM kita.
Melihat kondisi tersebut maka satu–satunya jalan yang bisa kita ambil untuk mendongkrak pendapatan negara dalam APBN ialah mengoptimalkan sektor pajak. Namun demikian, sektor pajak pun juga mengalami hambatan yaitu enggannya para wajib pajak untuk membayar pajak pada pemerintah. Hal ini dikarenakan banyak dari mereka yang belum mengetahui manfaat betapa pentingnya membayar pajak. Hambatan–hambatan lain yaitu kurang jelasnya informasi mengenai apa saja yang wajib dikenakan pajak serta berapa nominal yang harus dibayarkan untuk setiap barang wajib pajak. Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa membayar pajak harus melalui prosedur yang rumit dan merepotkan, tidak ada sanksi yang tegas dari pemerintah untuk para wajib pajak yang enggan membayar pajak. Ditambah lagi, jarak kantor pelayanan pajak yang letaknya cukup jauh dari rumah penduduk hingga makin menambah enggannya mereka. Mereka berpikir dua kali untuk membayar pajak yang pungutannya justru lebih kecil dari ongkos perjalanan sampai ke kantor pelayanan pajak.
Pembayaran pajak bisa menjadi permasalahan yang kompleks di negara Indonesia. Tetapi hal tersebut bisa diatasi jika pemerintah mampu menciptakan beberapa langkah kerja yang mempunyai visi untuk mengoptimalkan pendapatan negara dalam APBN khususnya pada sektor pajak. Langkah-langkah yang bisa diambil pemerintah adalah sebagai berikut:
Pertama, membentuk tim yang mempunyai kinerja profesional dari Direktorat Jendral Pajak (Dirjen Pajak). Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu penyebab seseorang enggan membayar pajak yaitu karena kurangnya informasi yang lengkap dari pemerintah tentang barang apa saja yang wajib dikenai pajak. Untuk itu, pemerintah melalui tim dari Dirjen Pajak hendaknya menyosialisasikan kepada masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan wajib pajak. Sosialisasi
ini pasti membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu, tim ini seyogianya dibentuk di tiap–tiap kabupaten di seluruh Indonesia.
Sosialisasi ini bisa dilakukan secara bertingkat. Dengan cara, tim Dirjen Pajak di tiap-tiap kabupaten mengumpulkan seluruh bupati di kabupaten tersebut untuk selanjutnya dilakukan sosialisasi dan pembagian pamflet mengenai apa saja yang wajib dikenai pajak dan berapa nominalnya. Selanjutnya para bupati dituntut menyampaikan kepada para camat di daerah mereka perihal sosialisasi yang mereka terima. Para camat juga harus menyampaikan kepada seluruh kepala desa di masing–masing kecamatan. Dan pada akhirnya kepala desa menyampaikan sosialisasi yang mereka terima kepada warganya. Ini bisa dilakukan melalui rapat rutin di setiap desa sebulan sekali atau melalui pertemuan–pertemuan antarwarga lainnya.
Kedua, memodernisasi sistem pemungutan pajak di seluruh kantor pelayanan pajak di Indonesia. Kita patut bangga pada pemerintah. Karena hingga akhir tahun 2008 ini, kantor pelayanan pajak di seluruh Indonesia sudah memasuki era modernisasi. Ini berarti akan mempermudah pembayaran pajak baik dari segi administrasi maupun teknologi informasi. Namun, hal tersebut harus tetap diimbangi dengan pelayanan yang baik dan profesional. Sikap ramah, murah senyum dan sabar harus diterapkan dalam melayani setiap wajib pajak yang ingin membayar pajak.
Kini di zaman yang serba modern, pembayaran pajak bisa dilakukan secara online di setiap kantor pelayanan pajak. Sangat menguntungkan bagi wajib pajak yang memiliki kesibukan tinggi. Mereka bisa dengan mudah membayar pajak melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Di sisi lain pemerintah pun harus mengimbangi dengan memberikan prosedur–prosedur yang mudah supaya pembayaran pajak lewat ATM tidak mengalami kendala. Dengan demikian, tidak ada alasan lagi bagi wajib pajak untuk beranggapan bahwa membayar pajak harus melalui prosedur yang rumit dan merepotkan.
Ketiga, memberi sanksi tegas kepada para wajib pajak yang enggan membayar pajak. Pemerintah membebankan denda pada mereka jika memang mereka kedapatan enggan dan terlambat membayar pajak. Denda dapat berupa
uang atau barang berharga yang dimiliki. Untuk barang berharga, pemerintah bisa menyitanya hingga batas waktu 1 bulan sampai membayar pajak.
Atau dengan cara lain, misalnya setiap wajib pajak yang hendak membuat atau memperpanjang Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), dan keperluan lainnya seperti menikah atau pindah rumah, mereka harus menyertakan Surat Pemberitahuan (SPT) telah membayar pajak dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Pemerintah dengan pihak kelurahan di seluruh Indonesia harus bekerja sama agar program ini berjalan dengan baik dan tidak ada aksi protes dari masyarakat. Program ini juga harus disosialisasikan sedini mungkin pada masyarakat luas agar mereka tidak kaget.
Keempat, mendirikan kantor–kantor pelayanan pajak yang mudah dijangkau oleh para wajib pajak. Misalnya dengan mendirikan satu kantor pelayanan pajak di setiap kecamatan di seluruh Indonesia dengan didukung fasilitas yang memadai. Jadi, dapat mengatasi masalah jarak tempuh antara kantor pelayanan pajak yang sulit dijangkau dan tempat tinggal para wajib pajak.
Yang tidak kalah penting dari semua langkah–langkah di atas adalah menumbuhkan kesadaran para wajib pajak untuk membayar pajak tepat waktu. Dengan tumbuhnya kesadaran si wajib pajak maka otomatis mereka akan berinisiatif membantu pemerintah mengoptimalkan penerimaan pajak dalam APBN. Cara yang paling sederhana dan efektif, misalnya kepala desa menunjuk 5 warga di desanya untuk mengkoordinasi pembayaran pajak setiap warga desa. Bagi warga yang malas membayar pajak ke kantor pelayanan pajak, bisa membayar lewat perwakilan 5 warga tadi. Dengan konsekuensi adalah 5 warga tersebut diberi imbalan, misalnya imbalan tersebut diambil dari iuran antarwarga desa atau dari kas desa tersebut. Kemudian setelah terkumpul semua, 2 dari 5 warga tersebut menyetorkan pembayaran pajak di desanya ke kantor pelayanan pajak terdekat. Jika sistem ini diberlakukan di seluruh desa di Indonesia, otomatis penerimaan negara di sektor pajak akan lancar dan penerimaan akan meningkat.
Kalau kita cermati, tidak ada ruginya kita membayar pajak kepada pemerintah. Salah satu sumber dana untuk pembangunan nasional adalah dari pajak. Kita yang akan merasakan manfaat dari hasil pembangunan tersebut seperti
pembuatan jalan raya, penerangan listrik, serta fasilitas–fasilitas umum lainnya. Secara garis besar bisa digambarkan dalam skema arus pajak di Indonesia berikut ini:
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Pajak Ekspor dan Impor
Masyarakat
Pemerintah
Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pembangunan Jalan Raya
Penerangan Jalan
Bangunan Fasilitas Umum Lainnya
Langkah terakhir, pemerintah harus mempublikasikan hasil pungutan pajak dari para wajib pajak untuk apa saja pajak dari para wajib pajak tersebut. Ini dimaksudkan agar wajib pajak dan masyarakat Indonesia tidak merasa dibohongi karena ada transparansi antara pemerintah dengan pembayar pajak. Dan jangan sampai dana dari rakyatnya sendiri dikorupsi pemerintah.
Dengan menerapkan langkah–langkah tersebut di atas secara maksimal maka pendapatan negara dari sektor pajak tidak akan menjadi permasalahan yang besar. Bila sektor pajak bisa mencapai angka maksimal maka pembangunan di negara Indonesia tidak akan mengalami hambatan yang berarti. Dan kita akan mencapai kesejahteraan dengan terciptanya masyarakat madani yang selama ini belum terwujud.
*******
DAFTAR PUSTAKA
Adji, Wahyu et al. 2004. Ekonomi Jilid 2 SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Rasjidin, Rusjdi et al. 1995. Pelajaran Ekonomi untuk Kelas 2 SMU. Jakarta: Yudhistira.
www.kompas.com
www.inilah.com

Jumat, 20 November 2009

Cerpen Linda


Never Ending Love


Munia oryzivora padaku yang terdengar sangat merdu di dahan Terminalia catapa. Tersergap aku oleh dinginnya pagi ini yang menusuk-nusuk kulitku hingga menembus ke sumsum tulangku. Kuhentikan langkahku, lihatku sosok lelaki duduk di atas bangku panjang berwarna cokelat tua dekat ruang Matematika 1. Semakin kudekat, kulihat senyum penuh semangat merekah dari bibir manis lelaki itu, ternyata dia adalah kakak lelakiku, kakak kelasku yang sudah kuanggap sebagai kakakku.

”Assalamu’alaikum! Pagi, Ani! ’Kok berangkat pagi banget? Ada apa?” tanyaku padanya setelah balasku akan senyum indahnya.

”Wa’alaikumsalam! Pagi juga, Lind! Aku cuma pengen nemenin kamu aja, karena aku tau kamu pasti kesepian di pagi ini. Temen-temenmu ’kan berangkatnya nunggu bel masuk dulu, hehehe....” jawabnya padaku sembari tertawa kecil, gigi-giginya pun tak mau kalah untuk menampakkan diri, mungkin mereka juga ingin menyapaku di pagi yang dingin ini.

”Pagi ini dingin ya?” ucapku sambil mengusap-usapkan kedua telapak tanganku pada kedua lenganku.

”Iya, Lind!”

Kuputuskan ’tuk duduk di sampingnya. Namun, beberapa saat, kami saling terdiam, sesekali aku melirik ke raut mukanya, begitupun dia. Besar rinduku saat kubersua dengannya.

”Lind, Aku ingin melihat senyummu di saat terakhirku. Aku berharap kamu selalu bahagia ketika berada di sampingku karena aku selalu merasakan itu di sisimu. Aku menyadari, aku enggak bisa jadi kakak terbaikmu, tapi aku selalu berusaha ‘tuk lakukan itu. Lind, aku sayang banget sama kamu! Kamu harus tetap kuat meskipun aku ’kan meninggalkanmu selamanya ….” untaian kata-kata itu terucap dari mulutnya yang bergelut dengan suara gerimis.

Rasaku tersirat cinta dalam setiap penggalan katanya yang terus menghembus padaku, hingga mengepung mata hatiku.

“Dia mencintaimu, Linda!” ucap hatiku.

”Tidak, itu bohong! Dia tidak mencintaimu! Dia hanya menganggapmu sebagai adiknya! Ingat itu!” sanggah mataku.

”Linda, kamu lebih percaya dengan apa yang aku katakan ’kan? Aku adalah hatimu, hati yang bisa merasakan sesuatu yang kasat oleh mata, kamu juga tau hal itu ’kan?” balas hati

”Enggak, pokoknya dia tidak mencintaimu, Linda! Kamu jangan percaya akan hatimu! Hatimu hanya akan menyakitimu!”

”Enggak, Linda! Aku benar! Jangan percaya dengan mata yang terkadang salah melihat!”

”Enggak, aku yang benar!”

”Aku yang benar!”

”Aku ... !”

”Cukuuup ... ! Tidak, itu hanya inginku dalam anganku, ani ’gak mungkin mencintaiku, dia hanya menganggapku sebagai adiknya!” kucoba menghentikan perdebatan yang semakin memanas ini, lebih percayaku akan mataku, kucoba mengusir hembusan-hembusan itu yang terasa kian kuat mengepung mata hatiku.

”Ani ngomong apa sih? Bercandanya kelewatan deh!” jawabku diiringi gelengan kepalaku, yang melerai pergelutan antara untaian kata-katanya dengan suara presipitasi itu.

”Apa aku terlihat bercanda, Lind?” ani menatap mataku dengan begitu tajam, hingga menembus ke dalam otakku tanpa melalui syaraf optikku.

”Sorry!” aku menundukkan kepalaku, rasaku ada sesuatu yang menggelayuti pikiran ani.

”Bye, my best sister! Makasih banget, Lind! Kamu telah membuat hari terakhirku bahagia. Sekarang, aku harus pergi, jangan lupa dengan pesanku ya! Jaga kesehatanmu!” ucapnya padaku, ia menggenggam jemari-jemari tanganku laksana sang Raja Rimba yang berhasil menerkam mangsanya.

Rasaku ada aliran dingin yang menyusup dari genggaman kedua tangannya, aliran itu menyergapku, hingga mampu membekukan jemari-jemari lentikku. Rasa itu begitu dahsyat, namun tak lama rasa itu semakin berkurang dan menghilang. Ternyata ani telah melepaskan genggamannya, ia langsung beranjak dari tempat duduknya.

”Ani mau ke mana? Aku ikut ....” ucapku secara spontan yang mengejar langkah kakinya yang kian menjauh dariku.

Namun, ani tak menjawabnya, tak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, hanya membisu, ia seakan mengusir ucapanku yang mengejarnya.

Aku segera berdiri dan mengejarnya, ”Ani, tunggu! Tunggu! Ani .... Ani .... Ani ....”

”Linda, bangun! Bangun! Kamu mimpi Rendy lagi ya?” ucap ibu sambil memegang tubuhku yang melenyapkan semuanya.

Kubuka kelopak mataku yang terasa begitu berat, yang seakan memenjarakan bola mataku beribu-ribu tahun lamanya, ”Iya, Bu! Aku memimpikannya lagi!”

Sejak kepergiannya, hampir setiap hari ani mendatangiku, menyusup ke dalam bunga tidurku. Kecelakaan itu telah membuat tulang rusuknya menusuk ke dalam hatinya dan membuat mataku hampir buta. Tapi, orangtuanya merelakan kornea mata ani diberikan kepadaku. Sekarang, aku masih terkulai di atas pembaringan rumah sakit swasta ini. Kini, kornea matanya telah menjadi bagian dari mataku. Betapa terpukulnya hatiku setiap bayangan kecelakaan itu hadir dalam pikiranku, bahkan tak kuasa aku mengusirnya, kubiarkan dia mematuk-matuk dan menggerogoti otakku, dia terlalu kuat, bulir-bulir air mataku pun tak kuasa kubendung.

Mimpi buruk yang bukan ilusi itu telah merenggut nyawa seseorang yang kucintai. Terlalu memilukan, karena di hari itu, ani juga sedang berulang tahun. Ketika kami hendak merayakan hari lahirnya di antiklinal yang biasa disebut puncak bukit nan penuh cerita antara diriku dan dirinya yang berada di kota kami, mimpi buruk yang tak pernah kubayangkan itu hadir. Sebuah truk dari arah yang berlawanan itu muncul dari balik jalan menanjak. Truk itu melaju sangat kencang dan menghampiri kami yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Bbrrruuuuukkkk … ! Suara yang memekakkan telinga itu yang terakhir kudengar sebelum aku tak sadarkan diri, langit pun terbelah akannya.

Saat ini, tangkai telah rapuh, tak kuasa lagi menopang dan menggenggam erat daun muda, tangkai telah tertimbun oleh asa-asa yang belum sempurna terwujud. Daun muda yang hanya bisa tegar karena tangkai, kini juga telah kehilangan asanya yang juga ikut menimbun tangkai. Janji manis itu telah sirna, namun aku juga sadar, kalau aku seperti ini terus, ani pasti akan sangat kecewa padaku. Tapi, aku juga tahu kalau semua itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Aku masih biarkan semua itu mengalir, mungkin seiring berjalannya waktu, bayang-bayang kecelakaan pahit itu bisa sirna dari hidupku.

”Lind, tadi orangtua Rendy menjengukmu, tapi mereka tak mau mengusik tidurmu. Mereka menanyakan kabarmu dan membawa sesuatu untukmu,”

”Apa, Bu?”

Ibu membawakan sebuah buku diary berwarna putih kepadaku, warna favorit ani.

”Ini diary milik ani, Bu?”

Ibu mengangguk dan langsung pergi meninggalkanku dari ruangan sempit bercat putih ini. Kuberanikan diri ’tuk membuka diarynya, walau aku tahu, aku masih terlalu takut melakukan itu. Halaman pertamanya tertulis tanggal 11 Januari 2008, di situ lihatku ukiran kata-katanya bercerita padaku saat hari ulang tahunku yang ke-15 dan tepat di hari itu, kami menjadi kakak adik. Saat itu, aku masih mengingat kata-kata emasnya untukku ….

”Lind, aku ’kan menjadi tangkai yang tetap tegak untuk daun muda! ’Kan selalu bersama di saat ada hujan, petir dan badai. Aku akan menggenggammu agar kamu tak jatuh terinjak-injak!” itulah kata-kata yang masih melekat utuh di otakku pada hari itu.

Lembar demi lembar kubuka, mencoba untuk memaknai setiap goresan-goresan tinta pada diarynya. Bahkan, ani juga menyisipkan foto-foto kenangan kami pada beberapa lembaran di diarynya. Aku tersenyum kecil mengingat kenangan-kenangan indah bersama ani. Seperti biasa, kutak sanggup membendung bulir-bulir air mataku, hingga akhirnya mereka meluap dan menuruni pipiku. Setelah memakan waktu berjam-jam ’tuk membaca dan mencoba mengerti semua isi diarynya, sampailah aku pada halaman terakhirnya setelah aku mengarungi luapan samudra air mataku dan bertarung mengalahkan rasa takut dalam diriku. Hari terakhirnya, 19 Oktober 2008, saat itu ani berulang tahun yang ke-17. Di situ tertoreh kata-kata terakhirnya yang ani tulis di pagi hari.

Dear diary,

Lindaku, cintaku. Maafkan aku, selama ini aku telah membohongimu. Ada cinta padamu yang semakin berkembang di hatiku seiring berjalannya waktu. Kutak kuasa ungkapkan semua ini padamu, tak mau aku membuat hatimu terluka jika kau tahu tentang semua ini. Inginku melihat senyummu selalu, karena hanya itu yang dapat damaikan hatiku.

You are my first love. I always save every memories with you in my heart. In my birthday, I promise, I’ll bring my love to end my time because you are my endless love ….

I love you, Linda ^_^

”Ani, mengapa tak kau ungkapkan cintamu padaku? Sesungguhnya, aku juga mencintaimu. Betapa bodohnya kita membohongi hati kita. Sekarang, penyesalan pun datang hampiriku, kenapa dulu tak kuungkapkan cinta ini? Tapi, semuanya telah sirna bersama kecelakaan itu, kau tinggalkan diriku yang terlalu rapuh ’tuk kau tinggalkan. Namun, aku tahu bahwa cinta kita takkan pudar walau sekarang kita berada di alam yang berbeda. Terima kasihku untukmu, cintamu sirami hatiku yang telah lama kering, warnai hari-hariku yang dulu hanya hitam putih, terangi malamku yang gelap dan semuanya yang Ani lakukan padaku dan terima kasih untuk kornea yang Ani berikan padaku, ini sangat berarti bagiku, bagian dari hidupmu, kini menjadi bagian dari hidupku. I want you to know too, you are my endless love.”

ÿÿÿ


Munia oryzivora : gelatik (Bahasa Latin)

Terminalia catapa : ketapang (Bahasa Latin)

Ani : Kakak laki-laki (Bahasa Jepang)


Jumat, 13 Februari 2009

imooto lagi

Imooto punya

TANGIS CINTA

”Kak! Bangun Kak!” panggilku sambil menggoyah-goyahkan badan kak Andre yang sedang tertidur pulas di atas pembaringan.

”Ah... kamu, ganggu aja! Kakak lagi mimpi indah nih, jadi kacau ’kan!” ucap kakak sembari menutup kepalanya dengan selimut warna hitam yang bergaris- garis putih.

”Kak, ada kabar duka, Kak! Nenek meninggal dunia kira-kira jam sepuluh tadi.”

”Apa?” kak Andre sangat terkejut, ia melemparkan selimutnya dan secara spontan terbangun dari pembaringannya.

”Ayo, Kak! Cepat bangun! Kita harus segera bergegas ke sana, mama dan papa udah berangkat duluan,” ajakku sambil menarik tangan kak Andre dari pembaringannya yang tampak acak- acakan.

”Ya, ayo!” kami berdua beranjak pergi meninggalkan ruangan sempit yang dindingnya hampir berlatarkan poster Simple Plan, karena kakak memang seorang penggemar berat pada grup band itu.

Kakak mengeluarkan si Jack dari garasi. Kami segera bergegas menuju rumah nenek yang letaknya cukup jauh dari rumah kami, kira-kira menghabiskan waktu 45 menit untuk sampai di sana. Malam ini langit begitu cerah, dewi malam memancarkan sinarnya dan bintang-bintang bak kurcaci-kurcaci yang menari-nari mengelilingi dewi malam. Tak satupun awan kelabu mengusik keberadaan mereka. Sungguh indah malam itu, karena tak biasanya tak ada awan yang menyaputi dewi malam.

”Kak, ayo cepat! Sekarang udah jam sebelas malam,” ucapku sambil memasukkan telapak tanganku ke dalam saku jaketku karena udara malam begitu dingin. Kulitku terasa tertusuk-tusuk oleh dinginnya malam ini. Bahkan, epitel kulitku sempat mengerut pula.

”Iya, iya ini juga udah cepet!” jawab kak Andre.

Daun- daun yang berguguran menari-nari diterpa si Jack dengan laju kencang.

Di tengah jalan, kami dikejutkan oleh suara keras yang memekakkan telinga, langit pun terbelah akannya. Suara itu ternyata berasal dari tabrakan antara truk dan motor, keduanya melaju dengan kecepatan kencang. Tak berapa lama kemudian, terlihat orang-orang berkerumun di lokasi kejadian. Dan secepat kecepatan cahaya, tiba-tiba kak Andre mengerem si Jack dengan sangat tajam.

”Aduh!” ucapku secara refleks karena kepalaku terbentur punggung kak Andre, hal itu membuat kepalaku sedikit terasa pengar.

”Cin, ayo kita tolong korban kecelakaan itu! Siapa tahu ia butuh bantuan kita.”

”OK! Tapi, jangan lama-lama ya, Kak!” jawabku.

Kami segera pergi menuju lokasi kejadian. Aku memegang erat tangan kak Andre yang begitu dingin karena ia tak memakai sarung tangan.

”Kak, aku takut, Kak!” ucapku lirih namun masih bisa terdengar. Tiba-tiba saja bulu kudukku berdiri dan menari-nari. Perasaan yang aneh menggelayutiku.

Lokasi kejadian itu penuh dengan percikan darah korban kecelakaan itu, suasana terlihat semakin mengerikan. Pengendara itu tewas seketika, seorang wanita yang membonceng pengendara sepeda motor itu terluka parah, keadaannya sangat kritis. Ia harus segera dilarikan ke rumah sakit, kalau terlambat mungkin nyawanya tidak dapat terselamatkan. Wajah kedua korban itu tidak terlihat karena telah terlumuri oleh darah.

Tanpa kusadari, ekor mataku melihat ke tangan pengendara motor yang tewas, aku merasa ada yang aneh. Lihatku jam tangan mirip dengan jam tangan kesayangan kak Andre di sana. Tetapi, pada saat aku melihat ke tangan kak Andre aku tak melihat jam tangan itu, padahal jam tangan itu selalu melekat di tangan kak Andre, ke manapun kakak pergi. Mungkin kak Andre lupa memakai jamnya kerena kami tadi terburu-buru.

Waktu telah tengah malam. Masyarakat sekitar mulai membantu mengevakuasi korban dan melarikannya ke rumah sakit.

”Ayo Kak, kita pergi saja! Aku takut nih,” rengekku pada kakakku karena aku sudah tidak tahan melihat lumuran darah menjamur di mana-mana.

”Yuk!” sahut kakak.

Kami segera meneruskan perjalanan menuju rumah nenek. Tiba-tiba suasana menjadi semakin sunyi, tak seperti tadi. Tak seorangpun berlalu-lalang di jalan, hanya siulan-siulan burung hantu di dahan Araucaria cunninghamii yang mengisi sunyinya malam dan hembusan sang bayu yang menusuk-nusuk tubuhku, hal ini membuat bulu kudukku kembali berdiri. Entah, perjalanan ini terasa sangat jauh, padahal sekarang sudah tengah malam. Tiba-tiba saja kami dikejutkan dengan padamnya lampu jalan bak ditelan Bethara Kala.

”Ada apa ini, Kak? ’Kok tiba-tiba lampu jalan mati semua?”

”Mungkin sekarang sedang mati listrik, sebentar lagi lampunya juga nyala kembali.”

Perjalanan terlihat semakin sunyi senyap karena semua lampu jalan padam. Hanya lampu si Jack dan pancaran sinar dewi malam beserta kurcaci-kurcacinya yang dengan leluasa menerangi jalan beraspal ini tanpa terhalang oleh rerimbunan pohon. Sadariku bahwa ini kali pertama kami pergi berdua saat tengah malam, haruskah kuabadikan semua ini?

Saatku melihat ke jalan beraspal di bawah si Jack, aku tak menemukan bayangan kakak, disitu hanya terlihat bayanganku dan si Jack. Aku benar-benar terkejut, ada apa ini? Terus bertanya-tanya hatiku. Ada apa dengan kak Andre? Mengapa tak terlihat bayangan kakak pada jalan beraspal hitam pekat ini? Aku mencoba untuk menghilangkan pikiran yang mematuk-matuk otakku ini. Aku mencoba mengalihkan pandanganku. Tetapi, walaupun begitu, aku tak kuasa secepat kilat untuk melenyapkan pikiran itu dari benakku, pertanda apakah ini? Ah, mungkin aku sekarang sedang bermimpi.

”Bangun, bangun Cinta!” aku memukul badanku yang dingin terpaku ini.

”Ada apa sih, Cin? Kamu tuh enggak mimpi, ngapain juga kamu mukulin kepala kamu, katanya lagi pusing?”

”Eh, enggak ’kok Kak, aku enggak apa-apa.”

Aku mencoba menengok ke bawah kembali, tapi hasilnya tetap sama, aku tak melihat bayangan kakak. Lari kemana bayangan kak Andre? Apa mungkin dia masih tertinggal di rumah? Aduh, kacau, kacau pikiranku jadi kayak orang bodoh, bayangan ’kok bisa lari apalagi sampai tertinggal di rumah.

”Cin, katanya enggak ada apa-apa, ’kok terlihat panik ’sih?” tanya kak Andre lagi.

”Enggak Kak, enggak ada apa-apa mungkin ini cuma perasaan Kak Andre aja!” jawabku dengan gugup, aku tak bisa bicara tentang masalah ini pada kak Andre, nanti bisa buat kakak panik bukan main.

Tiba-tiba kak Andre membelokkan si Jack dengan arah yang berlawanan dengan jalan menuju rumah nenek.

”Kak, kita mau kemana ’sih, Kak? Ini ’kan bukan jalan menuju rumah nenek?”

”Iya, ini memang bukan jalan menuju rumah nenek. Kakak mau bicara sebentar sama kamu dan ini lebih penting daripada hal itu.”

”Sreeet!” kak Andre mengerem si Jack dengan mendadak dan itu benar-benar membuat jantungku kian berdegup kencang setelah kajadian tadi.

”Cin, kalau kakak pergi ninggalin kamu, papa dan mama, kamu mau enggak janji sama kakak?” tanya kak Andre, suaranya begitu lirih dan rasanya ada pikiran yang membebani kepala kakak.

”Apaan ’sih, Kak? Jangan bercanda gitu ah! Ini bukan waktunya untuk bercanda,” ucapku pada kakak sambil mengalihkan pandanganku ke arah dewi malam.

”Cin, kakak serius, kakak tahu ini memang bukan waktunya untuk bercanda. Cin, kamu harus janji kalau kakak pergi nanti, kamu harus selalu ngejagain papa dan mama, jangan buat mereka marah ya!” ucap kakak padaku, ia benar-benar terlihat serius, keningnya terlihat mengerut. Kakak pun menatap mataku dengan begitu tajam, hingga menembus ke dalam otakku tanpa melalui sel-sel syaraf motorikku.

”Kak, Kakak mau kemana? ’Kok perginya mendadak gini. Masalah janji itu, sudah pasti dong, Kak! Aku akan selalu ngejaga papa dan mama, serta enggak akan buat mereka marah sama aku.”

”Makasih ya Cin, kamu memang adikku yang paling baik.”

”Ya, iyalah Kak!”

Tiba-tiba Kak Andre memeluk tubuhku, rasanya damai sekali. Pelukan yang sekian lama tak pernah kurasa.

”Kakak sayang banget sama kamu. Cin, maafin kakak ya! Sekarang sudah saatnya kakak harus pergi. Maafin kakak ya! Kakak enggak bisa nganter kamu sampai ke rumah nenek, kamu berangkat sendiri aja ya!” kakak melepaskan pelukannya dan ia pergi meninggalkanku.

”Kak, Kakak mau kemana? Jangan tinggalin aku, Kak! Aku takut,” teriakku pada kakak yang memecah kesunyian malam itu.

Kak Andre tak hiraukan ucapanku, tak sekalipun ia menoleh ke arahku. Ia terus berjalan menjauh dan terus menjauh dariku, hingga akhirnya aku tidak dapat melihatnya sudah yang tertelan oleh gelapnya malam.

”Kakak! Jangan tinggalin aku, Kak! Kakak! Kakak!” teriakku dengan keras.

☻☻

”Cinta! Cinta, akhirnya kamu sadar juga!”

”Mama! ’Kok Mama dan Papa ada di sini? Ma, aku di mana?” ucapku ketika aku membuka kedua kelopak mataku yang terasa begitu berat, juga badanku yang benar-benar kaku untuk kugerakkan.

”Kamu ada di rumah sakit, semalam kamu dan kak Andre mengalami kecelakaan. Semenjak saat itu, kamu tak sadarkan diri. Alhamdulillah kamu sekarang sudah siuman. Kak Andre ....”

”Kak Andre mana, Ma? Kak Andre baik-baik aja ’kan? Ma, jawab Ma! Jawab!” aku menyerobot ucapan mama.

”Kak Andre.... Kak Andre ....”

”Kak Andre mana, Ma?”

”Kak Andre sudah pergi, Cin. Dia sudah pergi ninggalin kita,” bulir- bulir air mata mengalir deras, mengucur dan membasahi pipi mama, begitupun papa, tak terlihat sedikitpun kebohongan di mata mereka. Suasana menjadi hening, bahkan saat seorang perawat yang mengetuk pintu kamarku, kutak mampu kudengar, telinga ini serasa tuli dan bibir ini tak sanggup kubuka, kurasa duri- duri sedang menusuk- nusuk tubuhku yang kurus ini. Aku masih tak percaya kalau kak Andre pergi secepat itu meninggalkan kami. Kami semua terlarut dalam kesedihan yang saat ini sedang menghujam keluarga ini.

☻☻

Hari ini tanggal 11 Januari 2009, hari ini adalah hari kak Andre dimakamkan. Sedih hatiku yang tak dapat pergi ke pemakaman kak Andre karena aku baru sadar dari koma. Aku hanya tinggal sendirian di rumah sakit, memaku dan membisu. Hari ini juga bertepatan dengan hari ulang tahun kak Andre yang ke-17. Kakak pergi ketika ia berulang tahun. Mengapa semuanya seperti ini?

Tiba-tiba aku teringat pada mimpiku semalam, ketika aku tak sadarkan diri, mengapa semuanya bersangkutan? Korban kecelakaan itu, pengendara motor yang mempunyai jam tangan mirip dengan kepunyaan kak Andre adalah benar-benar kak Andre. Seorang wanita itu adalah aku, aku yang sekarang terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit swasta ini. Bayangan kak Andre yang tak terlihat, hal ini menunjukkan bahwa kak Andre telah meninggal dan bayanganku yang terlihat hal itu menunjukkan bahwa aku masih hidup. Pesan itu, aku masih ingat pesan itu, aku harus selalu ngejagain mama dan papa dan enggak boleh buat mereka marah. Dan setelah itu, kak Andre memang benar-benar pergi meninggalkan aku. Air mata mulai membasahi pipiku, tak sanggup kutahan rasa ini.

“Kak Andre, aku akan terus menyayangi dan selalu mendoakan kakak. Maafin aku ya, Kak! Aku nggak bisa nemenin kakak di sana. Semoga kakak baik-baik saja!” ucapku, walau aku tahu perkataanku tak ada gunanya.

Walau raga ini telah terpisah jauh dengannya, tak lagi dengarku suara merdunya, tak lihatku senyum manisnya, takkan ada tatapan kesuksesannya, namun kudapat merasakannya, dia selalu ada dalam hatiku, dalam hati kami, selamanya ....

☻☻☻

Ani poenya

Kobaran Hati Memendam Rindu

Segala puji bagi Allah

Dengan cinta dan untuk cintalah

Ia menciptakan segala yang hidup

atau mati

Rasa cinta pada sesuatu

Ia menciptakan kita

Agar kita tulus mencintaiNya

Yang telah memberi pilihan hati

antara yang mencintaiNya, berhala,

api, salib, negara, saudara, wanita,

harta, anak, iman, bahasa, maupun

Al-Qur’an

Cinta tlah berikan kebahagiaan

Bahkan penderitaan

Dan ketika dirimu datang

Entah rasa apa yang hadir

Kegelisahan yang tak terkira

Cinta adalah asa

Gerakan tuk mencapai tujuan

Kemuliaan cinta ialah penghambaan

Ketundukan…..

Tapi hanya untuk Allah semata

Tak kusangka

Semakin nyata

Kehangusan hatiku

Oleh bara yang sengaja membakar

Rindu yang menerkam

Menyusup aliran darah

Hatiku selalu gelisah

Menanti kehadiranmu

Kemurnian wajahmu

Sejukkan hati

Kenapa kau memandangku…….?

Membuat hati makin rindu

Adakah rasa di hatimu padaku……?

Dan hatimulah yang lebih tau

Kini aku terlanjur mencintaimu

Benih yang telah tertanam

Siramilah kasih….agar tak sirna

Dengan senyuman……

Ketundukan saat memandang

Bentuk kehormatan orang yang mencintai

Keagungan orang yang dicintai…

Itulah cinta sejati

Cinta yang menjadi penghalang nafsu

Cinta yang mendalam adalah kecocokan

Antara mencintai dan dicintai

Jika dibarengi kecocokan rupa

Itulah kecocokan yang sempurna

Tapi cintaku padamu ini tak abadi

Karena cinta hanya tunggal

Hanya padaNya yang sempurna

Kokoh terpatri dalam keabadian

Alam yang sesungguhnya

Keabadian cinta adalah pengantar

Untuk sepenuhnya mencintai

Kepada Dia yang Esa

Dan aku telah jatuh cinta padamu

KarenaNya yang memberikan rasa ini pada kita

Beriku senyuman

Jika dirimu mencintaiku

Tak lebih dari cintamu pada Allah

Yang kan membawa kita

Dalam kesejukan surga

Untuk selamanya